sebenernya ceritanya dapet dari temen jadi gak tau sumbernya darimana jadi ini bukan cerita original sendiri. gue juga gak nge-klaim sebagai buatan sendiri kok tapi agak di-improvisasi dikit sih ceritanya. aduh ceritanya bukan karekter gue banget nih. gue sendiri aja pas baca ngakak banget. kalo mau ngakak silakan aja deh tapi jangan di depan gue ye, okeh ?
~~~
rahmaayu kinansih berasal dari keluarga konglomerat. ayahnya adalah seorang pejabat dan ibunya adalah pemilik butik terkenal di jakarta. tidak hanya itu, ia juga memiliki wajah yang cantik dan menjadi mahasiswi di sebuah unversitas ternama yang membuktikan bahwa ia juga pintar. sayangnya, kehidupannya yang berlimpah itu menjadikan kinan-begitu ia biasa dipanggil-besar kepala. semua teman-temannya menjauhinya karena ia sering kali memandang rendah orang lain. ia merasa kalau semua orang membutuhkan dirinya namun ia tidak pernah membutuhkan orang lain karena ia sudah punya segalanya.
suatu hari, rumah kinan kinan kebakaran. kinan yang sedang tertidur tidak sempat menyelamatkan diri. begitu ia terbangun semua api sudah menyebar ke sulurh penjuru rumahnya. saat mencoba meloloskan diri kepala dan kinan tertimpa balok kayu. kalau bukan karena bantuan tim penyelamat kinan sudah pasti mati saat kejadian itu. saat tersadar kinan sudah ada di rumah sakit
~~~
gelap
aku tidak bisa melihat apa pun
aku seperti jauh dari cahaya matahari hangat yang menyinari tubuhku
~~~
"kinan, kamu sudah sadar, nak ?" suara ibu terdengar bergetar. pasti ia sedang menangis
"ibu, aku ada dimana ?" tanyaku
"ini di rumah sakit. rumah kita kebakaran, sayang" suara ibu serak. mungkin ia menangis dari tadi. betapa kasihannya ibu
"iya aku tahu" aku tahu kejadian itu. cahaya merah menyelimuti kamarku. lalu, apa yang terjadi ? aku mencoba mengingat. ah, iya kepalaku tertimpa balok kayu lalu pandanganku menjadi gelap...gelap ? "ibu, bisa tolong nyalakan lampunya ? aku tidak bisa melihat apa pun" pintaku
"apa maksudmu ? lampunya sudah menyala dari tadi," tanya ibu heran
perasaanku menjadi tak enak. perasaan takut datang mengahantui pikiranku. semoga kenyataan tidak sama seperti apa yang aku pikirkan, "IBU, NYALAKAN LAMPUNYA CEPAT !!" pintaku sekali lagi. aku mulai menangis. aku mendengar ibu menjerit memanggil dokter
~~~
"anak anda mengalami kebutaan dan karena benturan yang keras pada insiden kebakaran itu" suara dokter yang begitu tenang membuat isak tangis ibu terdengar jelas. ibu mencengkram baju ayah yang rapi sehingga menjadi kusut
"apa tidak ada cara untuk menyembuhkannya, dok ?" ayah berusaha untuk tenang. segala emosi yang bercampur aduk ditahannya. bila ayah tidak melakukan itu, siapa yang akan menopang ibu ?
"pencangkokan bisa dilakukan" ucapan dokter membuat mata ayah dan ibu berbinar cemerlang, "tapi itu hanya bisa dilakukan bila ada orang yang bersedia untuk melakukan pencangkokan" dalam sekejap sinar yang tersirat dari kedua mata pasangan setengah baya itu redup. ibu semakin terisak mendengar hal itu. apa putri kesayangannya akan buta untuk selamanya ?
"apa pun akan kami lakukan, dok. segera temukan pendonornya, saya mohon. saya tidak peduli berapa pun biayanya" ibu mencengkram kerah jas dokter itu sehingga ayah perlu menahan ibu dengan tubuhnya yang sudah mulai renta
"apa tidak bisa dengan terapi ?"
"itu bisa dilakukan, namun harapannya sangat kecil"
"tidak apa-apa, yang penting anak kami bisa melihat lagi. apa pun akan kami lakukan"
~~~
ibu menggenggam tanganku sambil mengangis histeris. mendengar cerita ayah, rasanya aku ingin meraung keras. aku tidak percaya apa yang keluar dari mulut ayahku barusan
"jadi, aku buta ?" aku tak bisa menahan air mataku lagi. masa depanku hilang. semua yang menjadi impianku sirna
"tapi itu bisa disembuhkan. tenang saja, sayang" ibu mencoba menghiburku walaupun itu tidak berpengaruh apa pun bagiku
"tapi kata ayah barusan itu hanya bisa dilakukan dengan pencangkokan. kalau pun dengan terapi tidak akan memberikan efek apa pun" jawabku putus asa
"jangan berpikir yang tidak baik, nak" aku merasakan tangan ayah yang hangat dan besar mengelus kepalaku dengan lembut
"tapi ayah yang bilang sendiri kan ?" aku sudah tidak kuat lagi. kenapa ini terjadi padaku ? kenapa bukan orang lain yang mengalami hal ini ? kenapa !? aku meremas seprai kasur dengan kuat, "walaupun aku melakukan terapi namun penglihatanku tidak akan sembuh kalau tidak melakukan pencangkokan"
"kami akan segera menemukan pendonornya, sayang" ibu mengelus kepalaku. tangannya terasa hangat, "karena itu, jangan putus harapan, ya" ibu mencium keningku. hal yang tidak pernah dilakukannya lagi sejak aku beranjak dewasa.
"kami pulang dulu, ya. besok ayah dan ibu datang lagi. sekarang kamu istirahat yang cukup" ayah menutup pintu kamarku perlahan, namun masih terdengar jelas isak tangis dan suara serak ibu.
sekarang aku sendiri di kamar ini. aku tidak tahu sekarang masih siang atau sudah malam. yang aku rasakan hanya dingin, entah itu dari ac atau memang suasana rumah sakit seperti ini, aku tidak tahu
"pendonor" aku merasa hal itu mustahil. pendonor adalah orang yang mau mengorbankan organ tubuhnya demi seseorang yang bahkan tidak dikenalnya. tapi apakah hal itu akan terjadi ? aku bahkan tidak mempunyai teman. aku tahu semua orang tidak meyukaiku, kata mereka aku sombong dan tidak level untuk bergaul dengan mereka. ya, aku tahu mereka memang tidak berapa di satu level yang sama denganku. lagipula siapa yang mau berteman dengan penjilat seperti mereka. mereka hanya mendekatiku bila mereka menginginkan sesuatu dariku. sungguh munafik !
tiba-tiba pipiku hangat. air mataku mengalir membasahi pipiku. sebenarnya aku sangat ingin berteman dengan semua orang. aku hanya berusaha untuk jujur tapi semua orang selalu salah paham dengan apa yang selalu aku utarakan. kenapa tidak ada satu orang pun yang mengerti ?
~~~
sepoi-sepoi berhembus melewati wajahku. suara burung berkicau pun terdengar jelas. suasana yang menyejukkan. aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. tapi itu semua tidak berarti. aku buta. aku tidak bisa melihat betapa indahnya dunia lagi
"selamat pagi," suara pria yang tidak kukenal. suaranya berat. mungkin dia hanya perawat yang bertugas di sini. masa bodoh "bagaimana kabarmu pagi ini ?" tanyanya lagi
aku hanya diam dan membisu. mungkin tidak hanya buta sekarang aku juga bisu
"ahaha, jelek sekali mukamu. jangan cemberut begitu dong" katanya lagi. aku tidak bisa mentolerir perkataanya tadi. tidak kenal tapi sudah berani mencelaku
"apa maumu !? aku tahu aku buta, tapi aku tidak jelek !" aku meremas seprai kasurku. aku sangat kesal mendengar ucapannya
"woaa.. ternyata tipe orang yang cepat marah, ya. aku membawakan bunga daisy untukmu, loh" katanya sekali lagi. terdengar dentingan kaca. mungkin ia meletakkan bunga yang dibawanya ke dalam vas
"untuk apa ? percuma saja. aku juga tidak bisa melihat bunga yang kau bawa. aku ini buta !" jawabku pesimis
"tidak hanya cepat marah tapi kau juga selalu berpikiran negatif, ya. benar-benar gadis yang tidak manis" aku melempar bantal ke sembarang arah. karena aku tidak tahu dimana lawan bicaraku berada
"siapa sih kamu !? dari tadi mencelaku terus" tanyaku kesal
"aku ?" apa orang ini bodoh ? tentu saja aku bertanya padanya, "aku aditya ramadhan. salam kenal"
"siapa ? aku tidak kenal. jangan-jangan kau ke sini mau menculikku, ya ?" aku bersiap memencet bel untuk memanggil suster, namun sepertinya aku kalah cepat dengan orang yang bernama adit itu. ia sudah merebut bel itu dari tanganku, "cih, sial"
"tenang saja aku tidak akan menculikmu, kok. aku hanya kebetulan dan melihat kamar ini sangat suram padahal cuaca hari ini sangat cerah"
"aku tidak peduli, mau suram atau silau sekali pun tidak ada hubungannya denganku"
"dasar pesimis. ups, sudah waktunya aku pergi. sampai jumpa lagi ya, kinan" aku terkejut mendengar ia menyebut namaku. aku bahkan belum memperkenalkan diriku padanya. siapa dia ?
~~~
entah sejak kapan, adit semakin sering mengunjungiku. bukannya terganggu aku malah senang akan kedatangannya. dia selalu menghiburku dengan cerita-cerita lucunya. ia juga memperlakukan aku seperti gadis normal pada umumnya. ia tidak pernah mempermasalahkan aku buta atau tidak, ia juga memperlihatkan dunia dari berbagai sisi yang menarik. aku pun mulai menyukainya tapi aku masih belum mengetahui siapa dia sebenarnya kecuali namanya dan hal itu membuatku ragu akan perasaanku ini. bagaimana aku bisa jatuh cinta pada orang yang belum pernah kulihat wajahnya tapi aku tidak bisa menahan perasaanku terhadapnya.
adit, tahukah kau kalau aku sangat menyukaimu ? tapi aku tak cukup pantas untuk memilikimu.
~~~
sudah keberapa kalinya adit datang menjengukku. ia mendorong kursi rodaku perlahan, kami berjalan di taman rumah sakit. sangat menyenangkan.
"bagaimana kalau nanti ada seorang pendonor mata untukmu ?" pertanyaan adit membuatku tersentak.
"kalau pendonornya perempuan aku akan menjadikannya teman baik atau adikku tapi kalau pendonornya laki-laki ...." aku terhenti, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan
"kalau laki-laki kenapa ?"
"hnng, kalau laki-laki...dia akan kujadikan suamiku" aku memasang senyum simpul.
"benarkah ?"
"ya, tentu saja. aku harus berterima kasih padanya" aku berusaha meyakinkan adit terhadap apa yang aku ucapkan
"kamu akan menerima apa adanya ?" tanyanya lagi
"apakah aku terlihat seperti pembohong ?"
"aku hanya mau kau yakin pada hal yang kau katakan"
"aku yakin. kalau pendonornya laki-laki, aku akan menjadikannya sebagai suamiku dan menerimanya apa adanya. apa kau puas ?"
"ehehe, iya" adit tersenyum gembira. walaupun aku tidak bisa melihatnya tapi aku tahu setiap ia tersenyum ia terlihat sangat tampan, "oh, sudah sore. ayo kembali ke kamarmu"
"iya" jawabku singkat. sebenarnya aku sudah tidak memikirkan masalah pencangkokan itu lagi. sesungguhnya aku tidak membutuhkan apa pun asal adit ada bersamaku. ingin sekali rasanya aku mengucapkan itu padanya
~~~
sudah seminggu adit tidak datang mengunjungiku. aku bosan tanpa ada dia di sekitarku. aku ingin sekali menelponya tapi aku tidak tahu nomornya. aku sangat rindu padanya, rindu pada orang yang belum pernah kulihat wajahnya
~~~
"kinan sayang, akhirnya kita menemukan pendonor untukmu ! syukurlah sayang" suara riang ibu membuat ruanganku riuh
"ap-apa maksud ibu ?" aku memastikan perkataan ibu. aku memastikan kalau aku tidak salah dengar
"sudah ada seorang pendonor yang bersedia melakukan pencangkokan" ulang ibu
"hah ? benarkah ?" aku tak bisa membendung air mataku. aku senang mendengar ucapan ibu. akhirnya aku bisa melihat lagi terima kasih ya Allah. aku sangat senang mendengar hal itu. aku ingin sekali memberitahu adit mengenai hal ini tapi ia tidak di sini sekarang. semoga besok ia datang kemudian aku akan menyatakan perasaanku padanya
~~~
dua minggu setelah operasi dilakukan. operasi berjalan lancar dan kini aku mendapatkan penglihatanku kembali. tapi adit tak kunjung menemuiku. apakah ia sudah lupa padaku ? kenapa ia pergi tanpa meninggalkan apa pun. apa ia hanya mempermainkan perasaanku ?
hari ini membereskan barang bawaanku karena aku akhirnya pulang setelah sekian lama aku di rumah sakit. senangnyaaa
"selamat siang, kinan" suara seorang pria dengan kuris roda memasuki kamarku. suaranya sangat familiar bagiku, "apa kabar ?" tanyanya
"eh, baik" jawabku heran. kenapa pria ini sok akrab sekali denganku. pria itu menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan tapi ia menyodorkan tangannya pada arah yang salah lalu aku membenarkannya
"maaf. sekarang aku tidak bisa melihat" katanya. tidak bisa melihat ? buta maksudnya ? ia sama sepertiku dulu tapi tidak sekarang. sebenarnya ia cukup tampan tapi aku tidak tertarik. dia buta lagipula aku sudah punya adit, ehehe
"oh" jawabku dingin, "maaf aku harus buru-buru. orang tuaku menunggu di lobby"
"kau pulang hari ini ?" tanyanya dengan nada sedih
"iya. mau bagaimana lagi aku sudah sembuh dan tak perlu berada disini lagi. sudah ya, sampai jumpa lagi" aku pergi meninggalkan pria itu di sana. sendiri.
dalam perjalanan pulang ada yang mengganjal. pria buta tadi tahu namaku ? lalu ia bilang sekarang ia buta ? apa maksudnya ya ? ah, atau mungkin itu hanya khayalanku karena suaranya mirip dengan seseorang. tapi siapa ?
suatu hari datang sepucuk surat dan satu pot kecil bunga daisy yang di hias dengan manis. potnya dililit oleh pita pink. surat itu dari adit ! aku segera meletakkan bunga yang ia berikan dan membaca surat dari adit dengan tidak sabar. betapa terkejutnya saat aku membaca suratnya. air mataku jatuh membasahi surat yang adit berikan. bagaimana aku bisa sejahat ini padanya ?
~~~
halo kinan
apa kabar ? semoga kamu baik-baik saja, ya. aku disini juga baik kok. apa kamu sekarang sudah bisa melihat seluruh dunia dengan matamu ? maaf aku tidak bisa menemui secara langsung
sepertinya aku membenciku karena waktu terakhir aku menemuimu saat kamu sedang membereskan barang-barang bawaanmu, kamu sangat dingin padaku. yaah, aku tahu kamu pasti tidak mengetahui wajahku sebenarnya. tapi aku senang karena mata pemberianku bisa berguna bagimu. walaupun aku jauh tapi mata itu bukti bahwa aku selalu di dekatmu. oiya, semoga kamu juga menyukai bunga daisy pemberianku
sampai jumpa lagi kinan
aku selalu mencintaimu, adit
~~~
aku berlari mengejar adit. tapi kemana ? aku bahkan tidak tahu siapa dia sebenarnya tapi kaki ini tidak mau berhenti berlari. entah mengapa sekarang aku tiba di rumah sakit dimana aku pernah dirawat. tanpa aku pikir panjang aku langsung menanyakan apakah ada pasien bernama adit. aku sangat beruntung. ternyata benar ia ada disana dan ia sekarang sedang berada di taman. aku pun menyusulnya. aku mencari pria yang menyapaku saat aku bersiap pulang dan kulihat pria itu sedang duduk dengan tatapan sedih namun tetap tersenyum. sungguh tampan.
"adit ?" tanyaku sambil terengah-engah. aku berusaha mengatur nafasku
pria itu membalikkan kursi rodanya, "kinan ? apa kabar ?"
ternyata benar. pria itu adalah adit. aku pun berjalan ke arahnya dan menangis dipangkuannya
"maaf. maaf karena aku sudah bersikap dingin padamu dan mengabaikanmu saat itu. maafkan kesombonganku" aku menangis meraung tapi dengan lembut ia membelai kepalaku
"tidak apa-apa" katanya sambil tersenyum. aah~ sungguh tampan
"tapi..tapi.."
"asal kamu disini, aku sudah senang karena penantianku selama ini membuahkan hasil"
"apa maksudmu ?" aku menengadahkan kepalaku. lalu dengan perlahan kedua tangan adit menyentuh pipiku
"aku sudah lama menyukaimu, sejak SMU tapi aku tidak pernah bisa mengutarakan perasaanku. aku sangat senang karena bisa masuk ke universitas yang sama denganmu. aku menyukaimu" adit mencium keningku
"aku juga menyukaimu, maaf atas kelakuanku yang tidak pernah memikirkan orang lain dan terima kasih sudah menyukai selama ini," aku memeluk adit dengan erat. adit pun membalas pelukanku. ternyata selama ini aku tidak sendiri. terima kasih sudah menerimaku apa adanya
No comments:
Post a Comment